Kamis, 04 Desember 2008

Ragam bahasa di Haurgeulis


Bagi Anda yang tinggal / pernah tinggal di Haurgeulis, pernahkah Anda mendengar bagaimana orang Sidadadi atau orang blok Cipedang Bunder (Mekarjati) ketika berbicara? Atau mungkin Anda pernah ngobrol dengan orang Haurkolot?  Apa bedanya dengan yang cara berbicara orang Kertanegara, Karangtumaritis & Wanakaya?? Well, pasti Anda sudah tahu bedanya..

Fenomena ini sangat menarik untuk disimak.

Menurut asal-usul (jare wong tua), pada zaman baheula (sekitar akhir abad ke-18, jaman Londo), Haurgeulis adalah sebuah daerah terpencil yang sebagian besar penduduknya menggunakan bahasa Sunda. Namun, seiring berkembangnya waktu, banyak orang-orang dari wilayah lain yang yang melancong dan akhirnya menetap di Haurgeulis. Orang-orang tersebut kebanyakan dari daerah di timur Haurgeulis, seperti Jatibarang, Karangampel, Cirebon, Brebes dan Tegal. Mereka datang berkelompok dengan menggunakan angkutan spoor. Jumlah mereka diperkirakan meningkat tajam pada awal 1900-an.

Menurut salah satu sumber yang didapat oleh panggeulisna (dari wong tua di daerah BonRu Sukajadi), kedatangan imigran pertama di Haurgeulis adalah orang-orang yang berasal dari Brebes dan Tegal. Mereka menebang hutan dan membuka lahan untuk dijadikan pemukiman di daerah-daerah yang sekarang menjadi wilayah Sidadadi, Cipedang, Sukajadi dan Lebak. Disinilah mereka akhirnya menetap hingga beranak-pinak sampai sekarang ini.

Masih menurut wong tua tadi, gelombang imigran berikutnya yang datang adalah dari daerah Cirebon, terutama dari wilayah Jamblang, Arjawinangun, Gegesik dan Losari. Mereka membuka lahan untuk dijadikan tempat tinggal di daerah barat Haurgeulis. Wilayah jajahan orang Cirebon tersebut saat ini meliputi wilayah Kertanegara, Wanakaya dan Karang Tumaritis.

Kedatangan orang-orang pendatang tersebut membuat suku Sunda Haurgeulis semakin tersingkirkan. Sisa kebudayaan (kebudayaan yang sudah berbaur dengan Jawa) mereka saat ini masih terdapat di wilayah-wilayah seperti Kubang Gading Utara & Sumur Bandung (Cipancuh), Haurkolot, Maja (Wanakaya) dan sebagian Panyingkiran (Kertanegara).

1 komentar:

Amor Fatih mengatakan...

Oo, begitu ya sejarahnya? Makasih/hatur nuhun/matur suwun.

Template by - Abdul Munir - 2008